Sumenep, peristiwa.co.id // Program bantuan makan gratis untuk lanjut usia (lansia) yang disalurkan di Kecamatan Gayam, Kabupaten Sumenep, menjadi sorotan publik. Sejumlah pihak mempertanyakan kualitas makanan yang diberikan kepada para penerima bantuan.
Salah satu tokoh masyarakat asal Desa Pancor, yang enggan disebutkan namanya, menyampaikan keprihatinannya atas kondisi makanan yang diterima para lansia. Ia menilai bantuan makanan tersebut tidak layak konsumsi.
“Dengan harga Rp15.000 per paket ditambah ongkos kirim Rp2.000, makanan yang diberikan kepada lansia sangat tidak layak, Mas. Masa lauknya cuma segitu, bahkan nasinya basi. Ini patut diduga ada permainan antara Koordinator Kabupaten dengan oknum pengelola program,” ungkapnya kepada media.
Senada dengan itu, Pimpinan Redaksi Peristiwa.co, Adam Al Hadad ,S.E, turut menyoroti pelaksanaan program bantuan dari Kementerian Sosial tersebut. Ia menduga adanya praktik penyimpangan yang mengarah pada korupsi.
“Saya curiga ada kongkalikong, Mas. Dengan anggaran sebesar itu, kualitas makanan yang diberikan justru sangat tidak layak. Saya akan turun langsung ke Pulau Sapudi untuk investigasi. Kalau terbukti ada penyimpangan, saya akan laporkan ke aparat penegak hukum, karena ini program kementerian yang disalurkan melalui Koordinator Kabupaten (Korkab),” tegas Adam.
Adam juga menyoroti lemahnya fungsi pengawasan dalam program ini. Ia menyebut salah satu pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) bernama Agus Widianto, diduga terlibat dalam konflik kepentingan karena istrinya menjabat sebagai Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) sekaligus juru masak dalam program tersebut.
“Pendamping PKH seharusnya fokus pada pengawasan program, tapi ini malah istri sendiri yang jadi ketua Pokmas dan juga yang memasak. Ini menimbulkan konflik kepentingan. Bahkan patut diduga sebagai bentuk praktik kolusi, karena program dikelola oleh keluarga sendiri,” jelasnya.
Saat dikonfirmasi oleh awak media, Agus Widianto membenarkan bahwa istrinya terlibat dalam pengelolaan program makan gratis untuk lansia.
“Iya benar, Mas. Istri saya yang masak dari pagi. Sekitar jam 10 makanannya diantar ke penerima untuk sarapan dan makan siang. Harganya Rp15 ribu per paket, ongkos kirimnya Rp2.000, bukan Rp3.000 seperti yang diberitakan,” ujarnya singkat.
Hingga berita ini ditayangkan, belum ada tanggapan resmi dari Koordinator Kabupaten Sumenep maupun pihak-pihak terkait lainnya atas dugaan dan temuan yang disampaikan.
Penulis: Redaksi/Tim
Editor: Falcon












